Keberhasilan Pemerintah Vietnam Dalam Menangani Kasus COVID-19 ( Dalam Perspektif Penyelenggaraan Politik Dan Pemerintahan)
Keberhasilan
Pemerintah Vietnam Dalam Menangani Kasus COVID-19
(
Dalam Perspektif Penyelenggaraan Politik Dan Pemerintahan)
Dilansir dari informasi beberapa media menyatakan bahwa Vietnam
merupakan salah satu negara yang berhasil memerangi wabah COVID-19. Hal ini
dijelaskan bahwa Vietnam telah mengonfirmasi semua pasiennya yang menderita
virus corona telah pulih dan dipulangkan dari rumah sakit. Terdapat 16 pasien
yang sebelumnya dikonfirmasi positif Covid-19, termasuk pasien tertua berusia
73 tahun telah sembuh dan diperbolehkan kembali ke rumah. Dari kasus yang
menginjak angka 123 orang positif
COVID-19 di Vietnam belum tercatat adanya korban jiwa di negara
tersebut.
Banyak orang berpendapat dan mengeluarkan
argumen bahwa keberhasilan pemerintah Vietnam dalam menihilkan angka kasus
corona di negara yang berbatasan langsung dengan Cina tersebut dilatarbelakangi
oleh paham yang dianut negara tersebut. Vietnam adalah negara yang menanamkan
paham Marxisme dan Leninisme serta gagasan Ho Chi Minh yang membuat negara ini
sebagai salah satu bentuk negara sosialis dengan eksistensi partai komunis yang
sangat kuat bahkan merupakan partai tunggal. Penyelenggaraan pemerintahan
bersifat sentralistik dan dalam setiap pengambilan kebijakan dikembalikan ke
bawah (masyarakat) bersifat komando atau perintah. Sikap otoriter dari
pemerintah Vietnam membuat masyarakat tidak berani untuk mengkritisi apalagi
tidak melaksanakan kebijakan pemerintah.
Dalam informasi yang disebarkan di twitter
kemudian muncul cuitan-cuitan dari beberapa orang bahwa “Sekali lagi Negara Sosialis Berhasil“. Sayapun menjadi salah satu
orang yang geram dengan semua pernyataan yang seolah-olah mengaitkan penanganan
wabah COVID-19 dengan ideologi sebuah negara. Kalau memang negara komunis
berhasil lalu kenapa Cina yang menganut paham komunis menjadi negara pertama
yang terkapar dengan COVID-19 dan bahkan sempat kewalahan menangani kasus
ribuan orang yang terinfeksi. Beberapa negara yang menganut paham bukan komunis
seperti USA, Korea Selatan, dan Iran juga mengambil langkah yang sangat baik
dengan meningkatkan kerja laboratorium dalam pembuatan vaksin sampai pada
mengerahkan pihak militer dalam membantu pemerintah mencegah penyebaran virus secara
lebih luas.
Belajar dari pemerintah Vietnam yang
dengan responsif dan sigap menyatakan epidemi saat kasus baru 6 orang,
memblokade penerbangan dari cina maupun sebaliknya,pembatasan pemberian visa
kepada turis asing, lockdown desa Son loi dengan penduduk 10.600 dan melakukan isolasi serta mengerahkan ribuan
tenaga medis baik dokter,mahasiswa,perawat dan pensiunan serta dilakukannya
pelacakan kepada orang-orang yang berpotensi tertular digencarkan. Hal yang
paling penting adalah kedisiplinan dan kesadaran masyarakat dalam menerapkan
kebijakan Physical Distancing atau
isolasi mandiri menjadi kunci utama dalam keberhasilan negara Vietnam.
Menurut saya sendiri dalam menanggapi
wabah COVID-19 ini tidak berpatokan pada ideologi sebuah negara tapi yang menjadi
hal utama adalah respon cepat dari pemerintah maupun masyarakat suatu negara
akan bahaya dari virus corona. Satu kebijakan mungkin berhasil dalam suatu
negara namun kebijakan yang sama belum tentu berhasil di negara lain hal ini
dikarenakan setiap pengambilan kebijakan harus disesuaikan dengan apa yang
menjadi kondisi dan karakteristik negara tersebut. Dalam hal ini perlu adanya
kolaborasi yang tepat dari pemerintah dan masyarakat dalam bersatu melawan
permasalahan COVID-19 bukan malah mengkambinghitamkan salah satu pihak. Dalam
konsep negara demokrasi, kebebasan berpendapat adalah hal yang dijunjung
tinggi. Kritikan dan masukan diperlukan asalkan bersifat membangun dan
bertujuan memperbaiki. Lebih baik lagi mengkritik tapi jangan terus-menerus
menyalahkan pemerintah tapi berusaha juga untuk memberikan solusi terhadap
masalah yang ada.
Komentar
Posting Komentar