Laut Sekarat, Dunia Melarat

LAUT SEKARAT, DUNIA MELARAT

Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera ...
Gambar Pencemaran Laut
Sumber: mongabay.co.id

“There Is No Plan B Because There Is No Planet B”
(Ban Ki-moon)

            Lebih buruk dan bahkan akan jauh lebih buruk dari apa yang kita bayangkan. Perubahan iklim telah merubah segala tatanan kehidupan di muka bumi ini. Mungkin dampaknya terjadi secara perlahan namun pasti akan terjadi dan yang menjadi pertanyaan manusia bukan lagi pada tataran “Apakah perubahan iklim akan berdampak pada kehidupan manusia? MelainkanSeberapa besar dampak atau pengaruh perubahan iklim yang akan kita rasakan ?”
            Ironinya, banyak diantara kita tidak mempercayai bahkan menganggap perubahan iklim hanya sebagai cerita fiktif atau sebuah dongeng yang tak mungkin terjadi. Alasannya mungkin saja mereka belum menyadari dan merasakan secara langsung dampak dari fenomena ini. Salah satu dampak nyata dari perubahan iklim ialah mencair gletser ataupun es abadi di kutub yang menyebabkan kenaikan permukaan laut. Untuk masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan yang jauh dari garis pantai mungkin masih bisa bernapas lega karna belum merasakan secara langsung dampaknya. Namun bagaimana dengan orang-orang yang tinggal di pesisir dan menjadikan laut sebagai mata pencaharian utama.
          Saya tinggal di pulau taka bonerate kabupaten kepualaun selayar dengan mayoritas penduduk bergantung hidupnya di pantai. Tak bisa dipungkiri bahwa masyarakat sangat terdampak oleh kenaikan permukaan laut. Laut telah menggeser garis pantai berpuluh-puluh meter mendekati pulau tempat tinggal saya bahkan yang memisahkan antara daratan dan air laut sekarang hanyalah sebuah tanggul dari semen yang bahkan juga sudah mulai rapuh akibat hantaman ombak laut. Cuaca buruk dan angin kencang yang terkadang meporak-porandakan pemukiman penduduk serta hasil tangkapan ikan yang mulai menurun.
         Hal-hal diatas hanyalah beberapa rentetan kecil peristiwa yang terjadi akibat kondisi air laut yang sekarat. Melalui artikel ini, saya ingin menceritakan beberapa dampak terburuk yang terjadi di laut akibat fenomena perubahan iklim dan tentunya akan berdampak bagi kehidupan di planet ini.
          Laut adalah lingkungan utama di planet ini, dikarenakan 70 persen permukaan bumi terdiri dari perairan. Laut memiliki peran yang sangat signifikan diantara banyak jasanya, laut memberikan makan manusia di muka bumi ini. Makanan laut menjadi hamper seperlima dari seluruh protein hewani yang dikonsumsi manusia, apalagi bagi masyarakat pesisir. Laut juga memelihara musim-musim di planet ini, melalui arus yang sudah ada sepanjang sejarah dan mengatur suhu bumi dengan menyerap sebagian besar panas matahari.  
      Namun, fungsi-fungsi yang telah dijelaskan diatas terancam akibat adanya pemanasan global. Satu penelitian terhadap dampak manusia ke kehidupan laut menemukan bahwa tinggal 13 persen laut yang tidak rusak, dan daerah artika telah banyak diubah akibat adanya pemanasan global (Wells,2019). Dan seberapa besar kekhawatiran kita mengenai kenaikan permukaan air laut dan banjir sebagai dampak dari perubahan iklim, ada banyak hal yang lebih mengerikan yang akan kita hadapi jika pemanasan global terus terjadi tanpa adanya usaha dari generasi sekarang memperlambat terjadinya hal tersebut.
          Kini, seperempat lebih karbon yang dihasilkan manusia diserap laut, dan dalam jangka waktu lima puluh tahun belakangan juga menyerap 90 persen panas berlebih akibat pemanasan global (Wells,2019:98). Alhasil, hari ini laut mengandung lebih banyak energi panas dan karbon yang mengancam kehidupan ekosistem bawah laut.
      Penyerapan karbon yang berlebih menimbulkan fenomena pengasaman air laut (ocean acidification). Pengasaman air laut memberikan dampak negatif pada segala aspek kehidupan bawah laut contoh pengaruhnya kepada fitoplankton. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa laut sumber oksigen terbesar dimana produksi oksigen tersebut dihasilkan melalui fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Dengan adanya pengasaman air laut maka kehidupan fitoplankton akan terancam dan secara otomatis akan menganggu proses fotosintesis. Secara otomatis bisa kita prediksikan kadar oksigen juga akan menurun dan kita tidak bisa berharap lebih dengan oksigen yang bersumber dari pohon sedangkan berjuta-juta hektar hutan di muka bumi ini sudah musnah dilahap api.
             Tak hanya itu, suhu panas yang diserap laut juga memunculkan fenomena pemutihan terumbu karang (coral bleanching). Dimana fenomena ini membuat terumbu karang kehilangan protozoa zooxanthellae yang menghasilkan 90 persen energi yang dibutuhkan karang melalui fotosintesis. Pemutihan terumbu karang akan membuat kematian pada karang yang tentunya akan mengancam kehidupan ekosistem bawah laut maupun manusia. Karna terumbu karang berfungsi sebagai tempat berlindung biota laut dan pemasok makanan bagi seperempat dari seluruh kehidupan laut serta setengah milliar orang di planet ini.Terumbu karang juga melindungi daratan dari banjir yang terjadi akibat badai. Lebih lanjut, pengasaman air laut juga akan mengurangi populasi ikan yang notabenenya ikan adalah sumber protein yang sebagian besar penduduk planet ini mengosumsinya.

        Pemutihan Karang makin Cepat
        Gambar Pemutihan Karang (Coral Bleanching)
Sumber : m.mediaindonesia.com

      Menurut World Resourcse Institite, pemanasan dan pengasaman yang terjadi di laut akan  menyebabkan kerusakan sekitar 90 persen terumbu karang pada tahun 2030. Bisa kita bayangkan jika generasi sekarang tidak berusaha untuk mencegah atau minimal memperlambat kahancuran itu terjadi. Sebagian besar peradaban di planet ini akan hancur dan tenggelam layaknya cerita atlantik.
Lalu apakah kita akan tetap diam dan merasa acuh membiarkan kehancuran itu tampak di depan mata kita? Mungkin generasi kita belum bisa merasakan dampak terburuk yang akan terjadi namun apakah kita begitu egois membiarkan generasi yang akan datang merasakan kemelaratan akibat perubahan iklim yang terjadi?
    Laut telah memberikan hadiah yang sangat berharga untuk kita memberi kita oksigen untuk bernapas, memberi kita makanan untuk bertahan hidup, dan melidungi kita dari bencana. Apakah pantas jika kita membalas semua itu dengan membuang sampah ke laut, merusak semua kehidupan ekosistem laut dengan perbuatan kita yang tak bertanggungjawab?
       Generasi saat ini adalah generasi penghancur namun juga generasi yang akan bisa memperlambat kehancuran itu terjadi. Tinggal diposisi mana kita memilih menjadi bagian yang menyumbang kehancuran atau menjadi generasi yang peduli terhadap kelestarian bumi terutama kelestarian laut. Kita memang berbeda namun kita memiliki bumi yang sama untuk kita lindungi.

        Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKSISTENSI INFLUENCER DAN BUZZER DALAM KOMUNIKASI POLITIK INDONESIA DI ERA DIGITAL

Sebab Ujian adalah Cinta